Beredar Video Lawas: Edi Akui Kasih Nafas Buatan ke Mirna, Otto Bilang Bisa Ikut Tewas
- Screenshot berita VivaNews
VIVA Jabar - Ayah Kandung mendiang Wayan Mirna Salihin, Edi Darmawan Salihin mengaku sempat memberikan nafas buatan kala membawa putrinya ke rumah sakit. Namun, pengakuan Edi dikonfrontir oleh Kuasa Hukum Jessica, Otto Hasibuan.
Pengakuan Edi Darmawan Salihin itu disampaikan saat proses gelar persidangan di PN Jakarta Pusat (Jakpus) pada 2016 silam.
"Saya liat sudah enggak bernyawa karena waktu saya bikin napas buatan itu udah angin aja gitu keluar. Padahal anak saya pegang masih anget badannya. Saya coba terus," kata Edi, dilansir dari VIVA.
Selain itu, belakangan beredar video lawas yang memuat pernyataan Edi tersebut. Edi Darmawan Salihin secara jelas menyebut jika dirinya memberikan bantuan napas buatan ke anaknya saat tahu Mirna tergeletak di sebuah kafe.
Sebelum itu ia kaget soal kabar Mirna yang tiba-tiba pingsan. Ia mengaku jika anaknya selalu sehat. Ketika tahu anaknya tergeletak, ia langsung memberikan pernapasan.
“Begitu saya lihat, saya langsung bikin pernapasan. Saya bilang ‘Mir, bangun’,” kata Edi Darmawan Salihin, saat hadir di program Indonesia Lawyers Club, tvOne 2016 silam.
Kemudian pernyataan Edi pun langsung dijawab oleh Otto Hasibuan, pengacara Jessica Wongso. Pernyataan Edi menjadi bukti bahwa Mirna memang tidak meninggal karena racun sianida.
Sebab, menurut Otto, jika memang tubuh Mirna ada sianida, pasti Edi yang turut memberikan bantuan nafas buatan juga sudah meninggal dunia karena racun sianida.
“Jadi kita lihat tadi apa yang dikatakan oleh pak Salihin, dia katakan, dia memberikan bantuan kepada Mirna. Jadi inilah satu bukti yang sudah kami up di pengadilan, dokter Djaja mengatakan, dia yang pertama kali yang embalming Mirna. Dia mengatakan, ‘Saya pencet-pencet tubuhnya Mirna, saya cium (bau) di bibirnya tidak ada sianida,” kata Otto.
"Kalau dia betul-betul sudah kasih napas buatan kepada Mirna, dan di dalam tubuhnya itu ada sianida yang 14 gram itu, karena dia bilang 7900, 7300, pasti Darmawan Salihin meninggal,” imbuhnya.
Video itu viral di media sosial TikTok dan menjadi perbincangan warganet. Mereka menaruh curiga dengan ayah Mirna.
"Keceplosan lagi deh,” komentar warganet.
"Intinya bapaknya ga sedih,” komentar lainnya.
“Panik gak, panik lah masa gak,” komentar lainnya.
Sebelumnya diwartakan, pernyataan Edi Darmawan juga pernah disanggah oleh Dokter Ahli Forensik, dr. Djaja Surya Atmadja.
Menurutnya, tindakan Edi mengandung kontra indikasi dengan delik masalah yang ditujukan kepada terdakwa, Jessica Kumala Wongso dalam kasus 'Kopi Sianida' Djaja menerangkan, seseorang yang memberikan nafas buatan kepada orang lain yang sedang terpapar racun 'sianida', maka orang tersebut juga bakal terkena imbas.
Pemberi nafas buatan meskipun dengan tangan, kata Djaja, bisa pingsan bahkan hingga meninggal dunia.
Hal itu Djaja sampaikan dalam podcast bersama dr. Richard Lee beberapa hari yang lalu. Djaja pun tertawa ketika mendapatkan pertanyaan yang sama dari dr. Richard Lee tentang nafas buatan itu.
"Itu tau enggak di jurnal forensik dibilang kontra indikasi melakukan itu," kata Djaja dalam YouTube dr.Richard Lee
Djaja juga mengungkap beberapa kontra indikasi yang bisa dialami Edi Darmawan bisa pingsan atau paling fatal meninggal dunia jika memberikan nafas buatan kepada Mirna yang disebut meninggal karena sianida.
"Siapa yang kasih nafas buatan lo akan mati juga, atau pasti dia pingsan. Percaya deh," katanya.
Djaja merasa aneh dengan ungkapan Edi Darmawan yang mengaku memberi nafas buatan dengan tangan kepada putrinya, Mirna.
"Enggak mungkin, karena dari sini (lambung) kalau dari (letal dosis sianida) 150mg berkurang dia kasih nafas buatan itu sambil ditekan-tekan (timbulkan efek). Kalau 10mg lebih dari 150mg lah masuk. Itu yang aneh-anehnya," ujarnya.
Di sisi lain, Djaja juga mengungkap bahwa akan ganjil jika sianida berisi 250mg dibawa Jessica dalam bentuk cairan di botol.
"Dimana-mana orang yang siandia itu kalau kita bawa 250mg itu kecil tidak akan dibawa dalam bentuk cairan di botol, ngapain," ujarnya.
Djaja juga kembali mengingatkan tentang film Mission Impossible dimana jika salah satu orang yang meninggal akibat bahan kimia. Maka keluarganya akan mendapat santunan dan bantuan dari kelompok mereka.
"Kapsul, itu kalau dikelutusin doang kalau di dikeletusin dan dia mati anak dan istrinya akan dapat santunan besar dari kelompok mereka. Teken kontrak mati kan. Film Mission Impossible kalau kamu ditangkap kita enggak tanggung jawab tapi anak istrinya ditanggung," demikian Djaja.