Perawat Hebat: Ratna Kurniawati Ubah Hidup Penderita Kusta di Kota Santri
- Istimewa
Jabar – Ratna Kurniawati, seorang perawat dengan hati mulia, telah berhasil mengubah hidup banyak penderita kusta di Kota Santri.
Dengan penuh dedikasi, ia tidak hanya memberikan perawatan medis, tetapi juga membangun kembali kepercayaan diri dan martabat para pasien. Melalui program pemberdayaan yang dirintisnya, mantan penderita kusta kini mampu mandiri secara ekonomi dan sosial, membuktikan bahwa kusta bukanlah akhir dari segalanya.
Banyak masyarakat menganggap kusta sebagai penyakit yang menjijikkan. Bahkan lebih dari itu, kusta masih dianggap sebagai penyakit yang disebabkan oleh kutukan. Stigma negatif terhadap penderita kusta telah lama ada dan menyebabkan mereka cenderung dijauhi masyarakat. Penyakit ini sudah ada sejak 600 SM.
Pada saat itu, penderita kusta akan diasingkan di Mesir dan India untuk mencegah penularan. Kuman Mycobacterium leprae yang menyebabkan penyakit menular ini sudah lama hadir di Indonesia. Bahkan, menurut laman Kementerian Kesehatan, Indonesia menjadi negara ketiga dengan jumlah kusta tertinggi di dunia, hanya di atas India dan Brazil.
Jumlah kasus kusta baru pada tahun 2021 sebanyak 7.146 kasus, dengan proporsi anak 11%. Kementerian Kesehatan berharap kusta dapat dihilangkan pada tahun 2024. Namun, kesulitan muncul saat penderita kusta masih distigmakan dan di diskriminasi oleh masyarakat.
Ini menyebabkan penderita semakin sulit ditemukan.
Ratna Indah Kurniawati adalah perawat di Puskesmas Kecamatan Grati yang terletak di Kota Santri Pasuruan. Ratna memecahkan stigma negatif tentang penyakit lepra di masyarakat. Dia membantu masyarakat kusta.
Di Desa Rebalas, Kecamatan Grati, Pasuruan, Jawa Timur, Ratna berusaha membantu orang yang menderita kusta. Dia menyadari bahwa kusta adalah penyakit menular, tetapi itu tidak berarti bahwa Anda harus menjauhinya. Sebaliknya, Anda harus membantunya sembuh dengan menerapkan standar perlindungan diri yang aman, bukan malah dikucilkan.
Seorang penderita kusta yang dirawat Ratna adalah Amat. Dia telah menderita kusta pada 1997.
Saat itu salah satu jarinya tanggal atau putus tanpa rasa sakit. Dia memang telah lama mengalami mati rasa akibat penyakit tersebut. Menyusul kemudian satu per satu jari lainnya ikut lepas. Tanpa jari tangan, Amat bekerja serabutan dan terpaksa bergantung pada orang tuanya. Amat hanya bisa bekerja serabutan mencari kayu bakar atau memetik sayur.
Namun itu sudah berlalu, pada Agustus 2011 pria yang saat itu berusia 40 tahun sudah bisa tersenyum karena telah sembuh setelah mendapat perawatan yang baik dari Ratna. Kini Amat menjadi pengusaha jangkrik. Setiap bulan dia bisa memanen 26 kilogram jangkrik. “Harga jualnya Rp20 sampai 30 ribu per kilo,” kata Amat.
Meski belum mendapatkan keuntungan signifikan, namun Amat sudah bisa sembuh dari penyakit kusta. Ini menjadi kebahagian yang besar. Tidak Cuma Amat, berkat hati mulia Ratna, dua penderita kusta lainnya telah sembuh dan menjadi juragan jangkrik, menjahit dan menyulam.
“Semuanya ada 20 mantan penderita yang sudah dapat bekerja,” kata Ratna.
Ratna menjadi perawat sejak 2004. Wanita kelahiran 23 April 1980 bertugas sebagai perawat dan pengelola program kusta di Puskesmas Grati. Dia mendata ulang penderita kusta di wilayah kerjanya yang mencakup sembilan desa.
Ratna tidak segan mendatangi para penderita kusta satu per satu untuk mengetahui perkembangan penyakit mereka.
Berkat kemuliaan hatinya, Ratna Indah Kurniawati menjadi penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Awards 2011 adalah apresiasi Astra kepada generasi muda yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi, di antara lima bidang tersebut. (Moh. Hidayat/Jabar Viva)