Alumni Bantah Al Zaytun Terafiliasi dengan NII KW9, Tapi Mengindahkan 'Sabda' Panji Gumilang

Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Panji Gumilang
Sumber :
  • Kolase tvOne

VIVA Jabar – Nama Al Zaytun belakangan sedang menjadi perbincangan hangat lantaran kontroversi yang mereka buat. Ponpes yang dipimpin langsung oleh Panji Gumilang itu sedang menjadi sorotan dari masyarakat sampai pemerintah Indonesia. 

Dua Ustaz Pesantren di Agam Cabuli 40 Santri dari 2022

Kejanggalan demi kejanggalan muncul ke permukaan hingga para alumni santri lembaga pendidikan tersebut buka suara. Menanggapi hal itu, salah satu alumninya mulai buka suara soal apa yang dirasakan ketika menimba ilmu di sana.

Seperti dilansir dari tayangan kanal YouTube tvOne dalam program Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, salah satu alumni yang bernama Reza itu menceritakan pengalamannya semasa menjadi santri di Pondok Pesantren Al Zaytun. 

Menelisik Ponpes Mama Pasirnaan, Pondok yang Berdiri Sejak Tahun 1800

"Di masa saya itu memang sama sekali tidak diajarkan hal-hal seperti itu ataupun hal-hal yang belakangan ini muncul ke permukaan. Itu tidak ada sama sekali justru narasi Al Zaytun terafiliasi dengan NII KW9 muncul ketika kita itu sudah lulus," ungkap Reza. 

"Jadi murni ketika kita di dalam itu kita ikut kurikulumnya Depag karena memang MTS dan juga MA jadi enggak ada pelajaran ditambahkan kecuali hanya beberapa kitab kuning saja," sambungnya.

Panji Gumilang Divonis Satu Tahun Penjara Terkait Kasus Penistaan Agama

Reza mengaku bahwa berbagai kegiatan dan bahkan ibadah yang dilaksanakan di Al Zaytun sama seperti ibadah umat Islam pada umumnya di seluruh dunia. Namun, ia mengakui ada kaitan Al Zaytun dengan Organisasi Negara Islam Indonesia (NII) KW9. 

Lebih lanjut, dia mengaku bahwa tata cara sholat yang sempat viral karena menggabungkan shaf wanita dan pria belum pernah dirasakan selama di Al Zaytun. Tapi, soal adzan tanpa nada dan menghadap ke para jemaah sempat dirasakan di masa akhir sebelum lulus. 

"Semuanya normal seperti biasa, hanya saja ada satu mungkin yang sudah berlaku di zaman saya ketika saya mau lulus yaitu adzannya aja itu sudah mulai dengan yang menghadap ke jamaah, kemudian juga sudah tidak bernada yang mereka bilang dengan adzan Bilal itu sudah mulai dipraktekkan," terang Reza. 

Santri Pondok Pesantren Al Zaytun menganggap instruksi dari Panji Gumilang sebagai ‘sabda. Namun, Reza menegaskan bahwa hal tersebut tidak dimasukkan ke dalam kurikulum pengajaran Al Zaytun dan hanya bersifat instruksi dari Panji Gumilang. 

"Karena memang apa yang dikatakan oleh Panji Gumilang itu tidak kita telan bulat-bulat, kemudian sifatnya juga beberapa itu instruksi. Makanya saya rasa sekarang juga itu sifatnya instruksi kepada santri ya, bukan dimasukkan ke dalam kurikulum," lanjutnya. 

Reza dan para santri yang lain pun tidak pernah menanyakan soal instruksi-instruksi dari Panji Gumilang karena kurangnya informasi dari luar dan juga sosok Panji Gumilang yang merupakan pemimpin Pondok Pesantren Al Zaytun. 

"Karena jujur, ketika kita menjadi santri kita lihat sosok Panji Gumilang itu ya untuk seorang yang perfeksionis sebagai pemimpin. Jadi apa yang diucapkan oleh Panji Gemilang kasarnya saya bisa katakan itulah 'sabda' jadi yang kita ikuti aja," kata Reza.