90 Persen Santri di Ponpes Al Zaytun Disebut Jelmaan NII, Pintar Berkamuflase
- Kolase tvOne
VIVA Jabar – Ponpes Al Zaytun sampai saat ini masih menjadi perbincangan hangat di media sosial karena menuai banyak kontroversi. Mulai dari ajaran agama Islam yang diduga menyimpang hingga keterkaitan dengan Negara Islam Indonesia atau NII KW9.
Bahkan terbaru ada dugaan tindak pidana di Ponpes Al Zaytun. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD baru-baru ini.
Di sisi lain, pemerhati pesantren M. Najih Arromadloni mengatakan berbagai temuan dari penelitian non formal yang dilakukan terhadap Al Zaytun. Salah satunya adalah tentang kelompok Al Zaytun yang sangat pintar dalam berkamuflase.
"Orang melihat ada bendera merah putihnya, menyanyikan Indonesia Raya, meskipun stanzanya berbeda, lalu ada pendeta yang ikut sholat, ini kan sebetulnya bagian dari kamuflase," katanya dilansir dari tvOnenews.com pada Jumat, 30 Juni 2023.
"Al Zaytun sendiri sebetulnya adalah penjelmaan baru atau re-branding, atau reorganisasi dari NII kan. Dulu ada Kartosuwiryo, Daud Beureueh, ada Jaelani, kemudian dilanjutkan sekarang oleh Panji Gumilang," lanjutnya.
Lebih lanjut, Najih Arromadloni mengungkap bahwa pemberontakan dan upaya mendirikan Negara Islam Indonesia lewat jalur persenjataan sudah gagal pada 1962 silam. Namun, mereka tidak tinggal diam dan berusaha melaksanakan keinginan tersebut.
Mereka saat ini bergerak lewat kegiatan sosial seperti membangun MIM atau Masyarakat Indonesia Membangun. Kemudian, Najih menyebut bahwa kurikulum yang dipakai di Al Zaytun ada dua, kurikulum resmi dan hidden kurikulum.
"Ada unsur memang bahwa santrinya ini adalah orang-orang NII, anak-anak orang NII dan ada juga orang luar. Maksudnya ketika ada anak santri yang bukan orang tuanya bukan NII, ingin baiat NII, itu tolak oleh Panji gumilang," ucapnya.
"Jadi memang Panji Gumilang membuat satu sistem yang semacam itu, ada cluster-cluster yang yang boleh diketahui oleh umum, mana yang tidak boleh diketahui," tambahnya.
Setelah orang-orang luar tidak diajarkan kurikulum NII dan orang yang ingin ikut baiat ditolak, Najih mengungkapkan bahwa sampai saat ini dia menduga bahwa hampir 100 persen santri di Al Zaytun berasal dari keluarga NII.
"Mungkin dulu posisinya mungkin 50 persen 50 persen kali. NII 50 persen, yang non NII 50 persen. Kalau sekarang mungkin sudah 90 persen, 90 persen santri di Al Zaytun itu keluarga dari NII, anak-anak TNI yang umum sudah sedikit sekali itu." tutupnya.