Saksi Prabowo-Gibran di Sumut Dianiaya Usai Minta Penghitungan Suara Ulang Pilpres 2024
- tvOnenews.com/Rizki Amana
VIVA Jabar – TKN Prabowo-Gibran mengungkap adanya aksi penganiayaan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap seorang saksi Capres-Cawapres nomor urut 2 bernama James.
Menurutnya aksi penganiayaan dilakukan saat meminta proses penghitungan suara ulang pada tingkat kecamatan, di daerah Tapanuli Tengah, Sumatera Utara (Sumut).
“Saksi Prabowo-Gibran atas nama James Nahampun mengalami luka serius di bagian muka akibat menghadiri penghitungan suara suara ulang, PSU, buka kotak PSU itu yang berlangsung di Kantor Kecamatan,” kata Habiburokhman dalam konferensi persnya, Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Habibburokhman menuturkan aksi penganiayaan bermula dari saksinya tersebut yang meminta prosesi penghitungan suara ulang Pilpres 2024.
Pasalnya, proses penghitungan suara ulang diminta oleh saksi Prabowo-Gibran usai dinilai adanya keselahan dalam rekapitulasi tersebut.
“Nah jadi memang penghitungan ketika ada mis ada beda, semua pihak mengajukan penghitungan ulang. Nah ketika buka kotak prabowo-gibran yang menang. Ngamuk lah pelaku ini digebukin saksi kita,” tuturnya.
Menurutnya, apa yang diminta James Nahampun untuk menghitung ulang suara adalah sebuah hal yang wajar.
Namun, ketika proses penghitungan suara dilakukan dan memenangkan Prabowo- Gibran, James pun dipukuli oleh pendukung paslon lain.
“Nah jadi memang penghitungan ketika ada mis ada beda, semua pihak mengajukan penghitungan ulang. Nah ketika buka kotak Prabowo-Gibran yang menang. Ngamuk lah pelaku ini digebukin saksi kita. Bukan indikasi, memang dari yang kalah. Cuman kita enggak sebutkan aja namanya karena dalam lidik. Kok Indikasi, cuman emang yang kalah,” ungkapnya.
Di sisi lain, Sekretaris TKN Prabowo-Gibran, Nusron Wahid mejelaskan proses penghitungan suara ulang tersebut dilakukan usai korban mendapati kejanggalan dalam rekapitulasi pada sejumlah TPS tersebut.
Alhasil, saat dilakukan penghitungan suara ulang kubu Prabowo-Gibran dinyatakan menang dari pasangan Anies-Muhaimin yang semula mendapati perolehan suara terbanyak.
“Semula 01 yang menang, kalau proses penghitungannya itu, penghitungan suara ulang jadi tidak puas hasil rekap kecamatan diminta untuk dihitung ulang. Karena nomor 2 kalah, setelah dihitung ulang ternyata 02 menang. Nah kemudian disitulah terjadi baku, dipukulin begitu,” kata Nusron
“Sebabnya apa gak tahu, karena dia tidak percaya dengan hasil rekap. Karena dia punya C1 kan. Ketika di C1 menang, di tps itu kenapa pas di rekap ditulis kalah. Nah disitu saling ngotot disitu, minta proses penghitungan ulang. Dengan bertanya lagi ke TPS lain ketika meminta penghitungan ulang pihak KPPS nya tidak mengindahkan,” sambungnya.
Adapun Nusron menuturkan penghitungan suara ulang tersebut tercatat Prabowo-Gubran unggul perolehan suara 102, sementara untuk Anies-Muhaimin memperoleh 37 suara, dan Ganjar Pranowo-Mahfud hanya 12 suara dengan suara tidak sah 35 suara.