Perkuat Hilirisasi Jokowi, Pabrik Pipa Seamless Pertama di Asia Tenggara Senilai 5 Triliun Dibangun
Hendrik menuturkan, Inerco akan terus melakukan berbagai investasi di industri baja. Tidak hanya untuk industri migas, tapi juga untuk alutsista dan otomotif. "Hal ini akan mampu kita lakukan seiring dengan konsistensi kebijakan pemerintah yang berpihak untuk industri nasional, khususnya mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri," ujarnya.
Menurut Hendrik, negara - negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada yang dulu mencanangkan globalisasi sekarang beramai-ramai menutup diri dari serangan produk impor guna melindungi industri dalam negeri mereka.
Bahkan, Tiongkok sudah tidak menarik lagi seiring dengan meningkatnya ekonomi negara tersebut yang menyebabkan pembengkakan biaya tenaga kerja. "Ini membuat negara-negara ASEAN seperti Indonesia, Vietnam, Thailand dan Malaysia menjadi menarik sebagai destinasi investasi dunia terutama investasi industri," katanya.
"Yang dibutuhkan bagi kita adalah stabilitas politik dan stabilitas ekonomi. Pemerintah harus bisa menjaga harga pangan dan energi, ini kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Seiring dengan itu maka investasi otomatis akan menjadi sehat dimana perusahaan-perusahaan akan menikmati stabilitas profit," lanjutnya.
Lebih jauh ia memaparkan, Tiongkok bisa berkembang di tahun 2000-an karena pemerintahnya menstabilkan harga pangan dan energi. "Kemudian disusul dengan pembangunan infrastruktur yang masif. Tahun 2006 ke atas, Tiongkok berhasil mengalami pertumbuhan ekonomi diatas 8%," katanya.