Israel Buka Pintu Masjid Al-Aqsa untuk Palestina, Tapi Ada Syaratnya

Masjid Al-Aqsa.
Sumber :
  • Pixabay.com

Jabar –Setelah bertahun-tahun menutup akses Masjid Al-Aqsa bagi warga Muslim Palestina, Israel akhirnya membuka pintunya kembali. Namun, bukan berarti Israel berbaik hati. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh jamaah yang ingin beribadah di masjid suci tersebut.

Pro Palestina, Mahasiswa di Bandung Gelar Unjuk Rasa

Menurut kantor perdana menteri Benjamin Netanyahu, Israel hanya mengizinkan jamaah Muslim Palestina masuk ke Masjid Al-Aqsa selama minggu pertama Ramadhan, dan itu pun dengan jumlah yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

“Pada minggu pertama Ramadhan, jamaah akan diizinkan memasuki Temple Mount, dalam jumlah yang sama tahun-tahun sebelumnya,” kata pernyataan itu, menggunakan istilah Yahudi untuk situs tersebut, melansir VIVA, Rabu 6 Maret 2024.

Erick Thohir Sebut Perjuangan Timnas Indonesia Patut Diapresiasi

“Setiap minggu akan ada penilaian situasi dalam hal keamanan dan keselamatan dan keputusan akan diambil sesuai dengan itu,” tambah pernyataan tersebut.

Jumlah jamaah yang diizinkan masuk ke Masjid Al-Aqsa tidak diketahui secara pasti, tapi diperkirakan tidak lebih dari 10.000 orang. Padahal, setiap tahun, puluhan ribu jamaah Muslim Palestina biasanya berbondong-bondong ke masjid tersebut untuk melaksanakan salat Ramadhan atau shalat terawih.

Milisi Iran Gempur Haifa dengan Rudal , Kota Terbesar Ketiga Israel dalam Ancaman Serius!

Keputusan Israel ini diambil di tengah-tengah eskalasi konflik dengan Palestina, khususnya di Jalur Gaza. Sejak Oktober 2023, Israel telah melancarkan serangan militer brutal di Jalur Gaza sebagai balasan atas roket-roket yang ditembakkan oleh Hamas, kelompok perlawanan Palestina, ke wilayah Israel.

Israel juga sedang menghadapi tekanan dari Amerika Serikat, sekutu utamanya, untuk menghormati hak kebebasan beragama bagi warga Muslim Palestina. Amerika Serikat menilai bahwa Israel tidak bisa mengabaikan pentingnya Masjid Al-Aqsa bagi umat Islam, apalagi di bulan suci Ramadhan.

"Ini bukan hanya masalah memberikan kebebasan beragama kepada masyarakat yang layak mereka dapatkan, tapi juga masalah yang secara langsung penting bagi keamanan Israel," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller.

“Bukan kepentingan keamanan Israel untuk mengobarkan ketegangan di Tepi Barat atau wilayah yang lebih luas,” lanjutnya.

Namun, tidak semua pihak di Israel setuju dengan kebijakan membuka Masjid Al-Aqsa bagi jamaah Muslim Palestina. Salah satunya adalah Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben Gvir, yang menolak keras ide tersebut.

Ben Gvir, yang memimpin partai sayap kanan yang menganjurkan kendali Yahudi atas kompleks Masjid Al-Aqsa, mengatakan bahwa penduduk Palestina di Tepi Barat “tidak boleh” masuk ke Yerusalem untuk beribadah selama Ramadhan. “Kami tidak bisa mengambil risiko,” katanya, seraya menambahkan: “Kami tidak bisa menyandera perempuan dan anak-anak di Gaza dan mengizinkan perayaan Hamas di Temple Mount.”

Sementara itu, Hamas telah menyerukan gerakan massal di Masjid Al-Aqsa untuk awal Ramadhan. Hamas menganggap bahwa Israel sedang mencoba mengubah status quo di situs suci tersebut, yang merupakan salah satu titik api konflik antara kedua belah pihak.