Dituding Bekingi Al Zaytun, Wiranto: Memang Suara Saya Cukup Besar di Sana

Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Panji Gumilang
Sumber :
  • Kolase tvOne

VIVA Jabar – Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Wiranto angkat bicara mengenai adanya tudingan yang menyebutkan bahwa dirinya menjadi 'beking' pondok pesantren Al Zaytun, di Indramayu, Jawa Barat. Menurut Wiranto, tudingan tersebut tidak benar.

Dua Ustaz Pesantren di Agam Cabuli 40 Santri dari 2022

Wiranto menegaskan bahwa saat ini dirinya tak ada hubungan apa-apa lagi dengan Ponpes Al Zaytun. Dia mengungkapkan, hubungan dirinya dengan Ponpes pimpinan Panji Gumilang itu terakhir terjadi pada tahun 2004 saat dirinya maju dalam pemilihan umum sebagai Calon Presiden.

"Sudah saya sampaikan bahwa hanya mengkait pada saat saya menjadi calon presiden di tahun 2004, saya kampanye di banyak pondok pesantren, termasuk di Al Zaytun, dengan demikian maka saya memberikan berbagai kebijakan yang akan saya bangun sebagai calon presiden waktu itu," kata Wiranto, kepada awak media di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 17 Juli 2023.

Menelisik Ponpes Mama Pasirnaan, Pondok yang Berdiri Sejak Tahun 1800

Wiranto mengatakan, saat pemilu itu, Pondok Pesantren yang dikunjunginya cukup banyak. Namun Wiranto tak menampik apabila dikatakan suara yang memilihnya di Ponpes Al Zaytun kala itu cukup banyak.

"Pada saat pemilu memang suara saya cukup besar di sana, itu saja, setelah itu memang saya enggak ada kaitan apa-apa dengan Al Zaytun," kata Wiranto

Panji Gumilang Divonis Satu Tahun Penjara Terkait Kasus Penistaan Agama

Sebagaimana diketahui, sejumlah nama tokoh nasional disebut-sebut menjadi 'beking' ponpes Al Zaytun. Beberapa diantaranya yakni merupakan Jenderal TNI seperti Moeldoko dan juga Wiranto.

Seperti diketahui, Ponpes Al Zaytun saat ini tengah jadi sorotan lantaran pimpinannya Panji Gumilang tak berhenti menjadi melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial tentang pengajaran ponpesnya yang menyimpang dari ajaran Islam.

Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu menjadi viral pertama kali setelah diketahui pada saat ibadah Shalat Idul Fitri 1444 H mencampurkan jemaah wanita dan laki-laki dalam satu shaf hingga menjadi perbincangan publik.

Berdasarkan rekam jejak digital Ponpes Al Zaytun pernah tersandung kasus menjadi pusat gerakan Negara Islam Indonesia (NII) pada 2011 dan sudah diproses 2 kali oleh Mabes Polri.

Selain itu, pengajaran Ponpes Al Zaytun Indramayu juga bertentangan dengan ajaran Islam membuat banyak yang mempertanyakan mengapa Ponpes Al Zaytun masih berdiri. Pernyataan kontroversial dari Panji Gumilang pun langsung mendapat perhatian dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Indramayu dan MUI Jawa Barat.