Go Internasional: Lewat Tangan Anjani, Batik Bantengan Kota Batu Ekspansi ke Berbagai Negara
- Screenshot video Youtube @SATUIndonesiaAwards
Tak selamanya mulus, Anjani mengakui dihadapi sejumlah tantangan. Para pembatik yang dulunya bersedia membantu Anjani, pergi meninggalkan sanggar karena upah penghasilan yang tak menentu.
Wanita yang kala itu berusia 26 tahun, tak patah semangat. Ia tetap berusaha dan mencari orang-orang sekitar lingkungan yang punya ketekunan dan keuletan dalam membatik. Hingga pada akhirnya Anjani bertemu dengan Aliya, gadis berusia 9 tahun yang memiliki bakat dalam membatik.
Anjani bertemu Aliya pada tahun 2015. Ia pun mencoba mewarisi budaya membatik ke Aliya. Beruntung, Aliya mau mengembangkan bakat yang ada pada dirinya.
Tak hanya Aliya, Anjani mengemukakan, 'Sanggar Batik Tulis Andhaka' juga mengajak dan melatih anak-anak lain seusia Aliya untuk menjadi pembatik di sanggarnya.
Pada saat itu, jumlah pembatik dari kalangan anak-anak hingga mencapai 58 orang. Mereka belajar di sanggarnya. Bahkan, 28 diantara mereka menjadi pembatik aktif.
Alhasil, sanggar makin produktif. Anak-anak yang belajar membatik semakin serius mengikuti pembelajaran. Bahkan, mendatangkan profit. Setiap bulan, sanggar Andhaka rata-rata menghasilkan 45 lembar kain batik.