Perkuat Hilirisasi Jokowi, Pabrik Pipa Seamless Pertama di Asia Tenggara Senilai 5 Triliun Dibangun

Ilustrasi Industri Baja
Sumber :
  • Pinterest

 

Survei IPO Kepuasan Kinerja Presiden Jokowi dan Bupati Karna Sobahi di Majalengka Capai 96 Persen

Jabar, VIVA - Hendrik Kawilarang Luntungan CEO PT Inerco Global International menandatangani kerjasama operasi Strategis bersama Jose Antonio Reyes CEO PT Artas Energi Petrogas atau Indonesia Seamless Tube di Jakarta, Proyek bernilai 5 Trilyun rupiah ini digunakan untuk pengoperasian Pabrik Pipa Seamless pertama di Asia Tenggara yg Berlokasi di Kompleks Krakatau Steel Industry Cilegon Banten. 

“Seiring dengan upaya lifting minyak oleh Pemerintah Indonesia, dibutuhkan 500 ribu ton pipa baja seamless per tahun untuk industri Migas di Indonesia,” ujar Hendrik, Rabu 4 September 2024.

Menteri Bahlil : Hilirisasi Jalan Menuju Indonesia Emas

Indonesia tercatat mampu mengimpor pipa baja per tahun senilai 15 triliun rupiah, dengan beroperasinya pabrik Seamless ini, diprediksi ada penghematan devisa negara sebesar 15 triliun rupiah. Proyek ini dipastikan sejalan dengan visi hilirisasi Presiden Jokowi, bagaimana Indonesia dapat menjadi negara industri sehingga nilai tambah berputar di dalam negeri. PT Artas Energi Petrogas dinilai memiliki kemampuan produksi sebesar 250 ribu ton per tahun. 

“Saat ini nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pabrik ini mencapai 43-50 persen karena bahan baku masih impor,” kata Hendrik.

Prediksi Presiden Jokowi Soal Pertandingan Indonesia Vs Filipina

Kerjasama ini akan berlanjut untuk membuat industri ini kompetitif memproduksi di Indonesia. “Target kami bagaimana kita bisa mencapai nilai TKDN sampai 95 persen,” katanya. 

Produksi baja Indonesia saat ini tercatat hanya 8 juta ton per tahun. Jumlah ini terbilang sedikit dengan jumlah penduduk Tanah Air yang hampir menyentuh angka 282 juta jiwa. "Sedangkan di Korea Selatan, produksi bajanya 30 juta ton per tahun, di mana jumlah penduduk mereka hanya 52 juta jiwa. Indonesia harus membangun industri baja terintegrasi, sampai mencapai tingkat komponen dalam negeri lebih dari 90%. Dengan demikian, negara bisa mandiri dan menghemat devisa," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
img_title