Airlangga Pribadi: Lemahnya Pondasi Demokrasi Kita, Mengatur Hukum Sesuai Keinginan Kekuasaan
- Istimewa
“Tetapi pada malam kemarin saya menyaksikan debat pilpres pertama yang menampilkan mereka para paslon tersenyum saat berbicara tentang HAM,” jelasnya.
Airlangga melihat,bahwa hal ini ditandai dengan maraknya menutupi institusi hukum demi memenuhi keinginan kekuasaan suatu saat.
Kondisi tersebut dianggap lumrah dan dibiarkan berlarut-larut. Akibatnya, masyarakat menjadi apatis dan tidak peka lagi terhadap berbagai pelanggaran hukum, etika, dan HAM yang terus berulang. Republik Indonesia seolah kebal dan mati rasa terhadap berbagai penyimpangan ini. Ironisnya, hal yang seharusnya tercela ini kerap diabaikan dan diterima sebagai hal biasa, " paparnya.
Salah satu perwakilan mahasiswa, Adit Muhamad sebagai mahasiswa fakultas kehutanan, memaparkan presentasi kehutanan terhadap demokrasi Indonesia.
“Mereka menilai demokrasi tidak berjalan setelah melihat ketimpangan penguasaan hutan dan kekayaan negara. Konteksnya berbicara dari segi penerapan aspek lingkungan, orang saat ini menjabat sebagai penguasa yang berkaitan dengan lingkungan hidup “Demokrasi merupakan suatu alat untuk mewujudkan negara Sejahtera namun kenyataannya tidak bisa mengayomi ke ranah kekeluargaan ” katanya.
Sementara itu Prof Tajuddin selaku Akademisi University of Western Sydney, mengatakan bahwa demokrasi yang melemah begitu saja sangat memalukan, konteksnya sepakat pada satu posisi bahwa demokrasi Indonesia sampai saat ini adalah perjalanan panjang yang mahal.
"Indonesia mengalami kemajuan pesat dalam pembangunan selama 30 tahun di bawah rezim Orde Baru. Dapat dikatakan dalam pernyataan yang klise soeharto menciptakan pertumbuhan jangka panjang indonesia yang ternyata harus ditumbangkan oleh anak muda yang berpendidikan, " jelasnya.